MIDODARENI CEREMONY
Menurut adat Jawa, Malam Midodareni
adalah malam menjelang akad nikah dan panggih. Midodareni berasal dari
kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam
tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang
ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan
mempercantik pengantin wanita.
Midodareni berasal dari kata dasar
widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat
cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara
jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam
midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
- Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)
- Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
- Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
- Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
- Nasi gurih
- Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
- Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
- Krecek
- Roti tawar, gula jawa
- Kopi pahit dan teh pahit
- Rujak degan
- Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)
Well, itu kan mitosnya. Tapi makna Malam
Midodareni lebih dalam dari pada itu. Bisa terlihat dari prosesi yang
akan dilaksanakan pada Malam Midodareni . Prosesi malam Midodareni
antara lain adalah (sesuai urutan) :
Jonggolan / Nyantri
Jonggolan / Nyantri adalah datangnya
calon pengantin pria ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan
sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya
dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi
putri mereka.
Pada saat Malam Midodareni, calon
pengantin pria melakukan jonggolan tidak didampingi oleh orang tua nya.
Namun hanya di dampingi oleh wakil keluarga yang telah ditunjuk oleh
orang tua pengantin pria. Pada saat Malam Midodareni calon pengantin
pria memberikan calon pengantin wanita berupa bingkisan yang berisi
semua kebutuhan sehari-hari calon pengantin wanita. Bingkisan ini yang
biasa disebut Seserahan. Dan harus dalan jumlah ganjil.
Selama berada di rumah calon pengantin
wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air
putih oleh calon ibu mertua / ibu calon pengantin wanita.
Tantingan
Setelah calon pengantin pria datang
menunjukkan kemantapan hatinya dan diterima niatnya oleh keluarga calon
pengantin wanita saatnya calon pengantin wanita (sekali lagi) ditanya
oleh kedua orang tuanya tentang kemantapan hatinya.
Pada malam midodareni calon pengantin
wanita hanya diperbolehkan berada di dalam kamar pengantin. Dan yang
dapat melihat hanya saudara dan tamu yang wanita saja. Para Gadis dan
Ibu-ibu.
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin
wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah
tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ikhlas menyerahkan
sepenuhnya kepada orangtua.
Pembacaan dan Penyerahan Catur Wedha
Catur Wedha adalah
wejangan yang disampaikan oleh calon bapak mertua / bapak calon
pengantin wanita kepada calon pengantin pria. Catur Wedha ini berisi
empat pedoman hidup. Diharapkan Catur Wedha ini menjadi bekal untuk
calon pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga nanti.
Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silaturahmi
antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan
kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin
wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk
dibawa pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon
pengantin pria :
- Kancing gelung : seperangkat pakaian untuk dikenakan pada upacara panggih
- Sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris, yang bermakna untuk melindungi keluarganya kelak.
Begitulah proses Malam Midodareni. Next is, mengenai susunan acara / prosesi Akad Nikah dan Panggih..
sumber : http://ikawidyan.wordpress.com/2011/12/06/susunan-acara-malam-midodareni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar